DISORIENTASI
Lantas bagaimana mungkin ada
perasaan keterpaksaan dari seseorang ketika berproses dalam organisasi? Padahal
pada asasnya organisasi sangat membantu bagi seseorang yang hendak mewujudkan
kepentingannya. Analisis saya, keadaan seseorang yang demikian disebabkan
karena adanya disorientasi organisasi. Yaitu adanya ketidaksamaan antara
kepentingan individu dengan kepentingan organisasi.
Pada suatu kasus, ada saja
seseorang yang “salah kamar”. Yaitu minat seseorang itu ternyata tidak sama
dengan tujuan organisasi. Tujuan organisasi tersebut memang tidak dapat
mengakomodir minat seseorang itu. Semisal ada orang yang memiliki minat pada
bidang seni musik. Lalu ia memasuki organisasi di bidang pecinta alam.
Harapannya untuk dapat mengembangkan diri dalam seni musik kemungkinan akan
sirna di organisasi tersebut, karena memang organisasi tersebut tidak bergerak
di bidang seni musik. Jika seseorang tersebut diteruskan berproses disana, maka
yang ada ialah kekecewaan yang akhirnya akan menjalani organisasi dengan rasa
terpaksa.
Disorientasi ini juga
disebabkan oleh suatu hal. Menurut Firmanzah, ada dua karakteristik pemilih,
yakni rasionalitas dan tradisionalitas. Rasionalitas menurutnya ialah tipe
pemilih yang mengedepankan hal-hal yang dapat diukur, dipertanggungjawabkan,
dibuktikan secara empiris dan logis. Semakin kalkutatif dan memaksimalisasi
kepentingannya, semakin rasional pula individu tersebut. Sedangkan
tradisionalitas ialah tipe pemilih yang mengedepankan hal-hal seperti
figurisme, kultus, ikatan emosional, mitos, simbol, dan takhayul.
Tradisionalitas sangat berkebalikan dengan rasionalitas. Tapi bukan berarti dua
ciri ini merupakan pilihan yang mutlak. Artinya tidak ada yang seratur persen
rasionalis dan begitu pula dengan tradisionalis, yang ada hanya kecenderungan.
Kaitannya dengan permasalahan ini, menurut penulis perasaan keterpaksaan dari
seseorang ketika berproses dalam organisasi disebabkan terlalu besarnya
kecenderungan tradisionalitas seseorang.
Tradisionalitas,
bagaimanapun memiliki kelemahan. Semisal pada figurisasi. Acapkali seseorang
berproses di suatu organisasi karena figur tertentu yang membuat dirinya
bertahan di organisasi tersebut. Namun bagaimana jadinya bila figur itu kelak
tidak ada atau tidak lagi bisa memfigurkan diri? Karena dalam organisasi, figur
tidaklah abadi, pasti kelak eranya bisa habis. Dampaknya ialah seseorang
tersebut merasa kehilangan seorang figur, sehingga ia kehilangan “pegangan”
dalam organisasi. Contoh lain juga pada ikatan emosional. Ketika seseorang merasa
nyaman dalam organisasi, maka ia akan perjuangkan betul organisasi. Namun
keadaan berbalik ketika ia merasa kecewa pada suatu organisasi, maka bukan
tidak mungkin ia meninggalkan organisasinya. Rasa sakit pada sisi emosional ini
merupakan luka psikis, yang mana tidak mudah dan tidak cepat pula untuk bisa
menyembuhkannya. Dalam hal ini penulis bukan berarti menolak segala bentuk
tradisionalitas. Akan tetapi jika kita memandang suatu organisasi, tidak dapat
dipungkiri kecenderungan terbesar ada di rasionalitas. Ferdinand Tonnies
mengklasifikasikan masyarakat menjadi dua, yakni Gemeinschaft dan Gesselschaft.
Istilah lain dari Gemeinschaft ialah paguyuban, yang memiliki pengertian suatu
bentuk kehidupan bersama dimana anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin
yang murni dan bersifat alamiah serta bersifat kekal. Contohnya ikatan
tetangga, keluarga, marga, dan lain sebagainya. Sedangkan Gesselschaft istilah
lainnya ialah patembayan, yang memiliki pengertian suatu bentuk ikatan lahir
yang bersifat pokok untuk jangka waktu pendek, bersifat sebagai bentuk dalam
fikitan belaka (imaginary) serta strukturnya bersifat mekanis sebagaimana dapat
diumpamakan dengan sebuah mesin. Contohnya hubungan perdagangan, perusahaan,
organisasi, dan lain sebagainya. Sisi rasionalitas organisasi, orientasi
kepentingan, ikatan lahir, dan strukturalistik dalam organisasi ternyata
membuat organisasi masuk pada kategori Gesselschaft. Dapat disimpulkan
organisasi adalah masyarakat yang memiliki kecenderungan rasionalitas. Lain
halnya dengan Gemeinschaft yang memiliki kecenderungan tradisionalitas.
Selain pada kecenderungan
tradisionalitas seseorang, menurut penulis disorientasi ini juga disebabkan
oleh tidak sadarnya seseorang terhadap tujuan organisasi. Simpelnya, bayangkan
jika ada sebuah bis pariwisata yang berisi supir yang membawa seratus
penumpang. Namun baik supir maupun penumpang tersebut tidak tahu hendak kemana
tujuan wisata bis pariwisata tersebut. Apakah ke gunung, pantai, kota, ataupun
desa. Yang terjadi ialah sebuah kebingungan, dan kebingungan membawa kesesatan.
Dampak dari disorientasi ini
akan berimbas kepada organisasi dan individu yang bersangkutan. Bagi
organisasi, hal ini akan menyebabkan tujuan organisasi tersebut dimungkinkan
tidak tercapai. Bagi individunya, hal ini akan menyebabkan dimungkinkan tidak
tercapainya kepentingan individu tersebut.
Atas dasar uraian di atas , ada beberapa alasan untuk
mepelajari organisasi secara formal :
1.
Organisasi adalah suatu bagian dasar
keberadaan kita,yang mencangkup seluruh aspek masyarakat sekarang. Kompleksitas
kehidupan moderen mebuat kita semua tergantung pada berbagai organisasi. Tidak
menjadi persoalan dari mana kita
memandang organisasi,kita adalah objek dan subjek pengaruhnya.ini sendiri
merupakan justifikasi usaha kita untuk mempelajari organisasi.
2.
Dengan mempelajari organisasi kita dapat
secara lebih baik mengembangkan pemahaman kita terhadapat bebagai organisasi
beroperasi dan banyak cara dengan mana organisasi dapat dirancang atau
disusun.pengetahuan tentang hal ini tentu saja sangat di perlukan bila kita
akan menghadapi tantangan perancangan organisasi yang sedang berkembang.
3.
Studi organisasi mempunyai nilai praktis yang
sangat besar baik untuk para manajer sekrang maupun masa depan. Pengetahuan
tentang bagaiman organisasi befungsi meningkatkan kemampuan kita untuk
mengantipasi berbagai masalsah yang mungkin kita hadapi dalam pekerjaan dan
pada saat yang sama,meperbesar probalitas keberhasilan kita dalam situasi
tersebut
4.
Bagi semua pembaca,baik yang masih
berkecimpung dalam penidikan, maupun yan g brkecipung dalam dunia
bisnis,pemerintah ,atau pelayanan kesehatan, studi mengenai organisasi fomal
memberikan kesempatan penting tuk mempelajari keterampilan –keterampilan
tertentu yang akan terbukti sebgai suplemen vital pada pengalaman yang akan di
peroleh dari praktek.
DEFINISI
ORGANISASI (PERUSAHAAN)
Organisasi
sering di artikan sebagai kelompok orang yang secara bersama sama ingin
mencapai suatu tujuan yang
sama.organisasi mempunyai pengertian lebih luas dari pada itu.ernest dale
meliputi penyusunan, pengembangan dan pemeliharaan suatu struktur atau pola
hubungan-hubungan kerja dari orang-orang dalam suatu kelompok kerja . jadi,
organisasi juga merupakan kumpulan dari peranan, hubungan dan tanggung jawab
yang jelas dan tetep, paling tidak dalam waktu jangka yang pendek. Organisasi
di susun tidak hanya mengatur orang-orangnya,tetapi juga membentuk dan
modifikasi sruktur dimana di dalamnnya tersusun tugas orang-orang tersebut. Di
sini berarti harus ada pembagian peranan untuk mencapai suatu tujuan tertentu
secara bersama- sama. Cyril soffer memberi definisi organisasi yang memperjelas masalh tersebut :
organisasi adalah perserikatan orang-orang
yang masing-masing diberi peranan tertentu dalam suatu sistem kerja dan
pembagian kerja dalam mana pekerjaan itu diperinci menjadi tugas tugas, di
bagikan di antara pemegang peranan dan kemudian digabung ke dalam beberapa
bentuk hasil (organisasi sebagian suatu sistem peranan).