Sejak
pengalaman pertama makan bersama dengan murid BIPA itu, terbuka kesempatan saya
untuk sekali-kali mengajak teman-teman makan siang bersama di Rumah Makan
Padang, rumah makan khas Sunda, dan Warteg pinggir jalan. Bahkan akhirnya disepakati jadwal-kegiatan
untuk sekali-kali mengikuti Bandung city
tour dan mengunjungi beberapa objek wisata di kota Bandung. Kegiatan ini saya
namai berwisata bahasa dan dilakukan rutin dengan mitra belajar saya..
Pada
kesempatan jalan-jalan saya berkesempatan menjelaskan suatu legenda suatu
objek, menjawab pertanyaan mereka tentang sesuatu yang dilihatnya, pada saat
makan bersama terbuka kesempatan untuk menjelaskan nama-nama dan jenis makanan
khas Indonesia, atau saya bertanya-menyuruh mereka menyebutkan nama-nama makanan
yang tersaji, pembelajaran pun berlangsung sambil menikmati
hidangan-pemandangan. Kegiatan ini terasa ringan dan menyenangkan.
Acara keliling kota Bandung yang kami kemas,
rupanya cukup menyenangkan mintra belajar saya. Buktinya pada pertemuan
berikutnya “peserta wisata bahasa” bersemangat menceritakan pengalamannya,
membuka-membacakan buku catatan hariannya, menyuruh saya mengoreksinya, dan
kadang-kadang memberondong saya dengan menanyakan beberapa kosa kata populer
seperti: nggak, kerjaan, diterusin, kiri pir,…. Anda puas beri tahu kawan, Anda
kecewa beri tahu kami…..itu apa artinya.
Membawa dan
membaca koran merupakan salah satu kegiatan yang selalu kami lakukan dalam
berwisata bahasa. Koran menjadi media pembelajaran yang cukup praktis. Saya
menyuruh murid-mitrawisata membacanya. Mula-mula saya suruh mereka membaca
judul-judul berita-tulisan yang bercetak besar.
Kemudian saya dengarkan mereka bergiliran membaca salah satu artikel
atau berita ringan-singkat pilihannya atau cerita humor yang saya pilihkan.
Saya beri kesempatan mereka menandai-mencatat kosa kata yang kurang
dipahaminya. Saya jelaskan seperlunya, saya suruh mereka menggunakan kata-kata
tersebut dalam kalimat sederhana. Saya
beri kesempatan pula beliau-beliau untuk menceritakan kembali isi bacaan secara
ringkas. Diskusi pun berlangsung akrab bertolak dari berita surat kabar atau
suatu pengalaman yang mereka temukan
selama berada di objek wisata. Pulangnya, sebagai PR (pekerjaan rumah) saya
tugasi beliau-beliau itu membaca artikel-berita lainnya dan agar mencatat kosa
kata yang dianggapnya sukar dipahami serta tak lupa menuliskan pengalamannya
berwisata hari itu. Koran Pikiran Rakyat
(PR) Bandung akhirnya sering menyertai salah seorang murid saya. Tiap
bepergian, Mr. T diam-diam menjadikan PR sebagai sahabat sekaligus
teman-pengaman dalam perjalanan. Di angkot, di mobilnya, beliau rajin membaca
Pikiran Rakyat. Seminggu tiga kali beliau membelinya, sehingga orang lain,
penjual koran menganggapnya sebagai pelanggan setia Pikiran Rakyat. “PR-nya
Tuan,..” kata si penjual koran, setiap Mr. T melewati kiosnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar