Sabtu, 26 Oktober 2013

Berwisata bahasa:



Sejak pengalaman pertama makan bersama dengan murid BIPA itu, terbuka kesempatan saya untuk sekali-kali mengajak teman-teman makan siang bersama di Rumah Makan Padang, rumah makan khas Sunda, dan Warteg pinggir jalan.  Bahkan akhirnya disepakati jadwal-kegiatan untuk sekali-kali mengikuti  Bandung city tour dan mengunjungi beberapa objek wisata di kota Bandung. Kegiatan ini saya namai berwisata bahasa dan dilakukan rutin dengan mitra belajar saya..
Pada kesempatan jalan-jalan saya berkesempatan menjelaskan suatu legenda suatu objek, menjawab pertanyaan mereka tentang sesuatu yang dilihatnya, pada saat makan bersama terbuka kesempatan untuk menjelaskan nama-nama dan jenis makanan khas Indonesia, atau saya bertanya-menyuruh mereka menyebutkan nama-nama makanan yang tersaji, pembelajaran pun berlangsung sambil menikmati hidangan-pemandangan. Kegiatan ini terasa ringan dan menyenangkan.
 Acara keliling kota Bandung yang kami kemas, rupanya cukup menyenangkan mintra belajar saya. Buktinya pada pertemuan berikutnya “peserta wisata bahasa” bersemangat menceritakan pengalamannya, membuka-membacakan buku catatan hariannya, menyuruh saya mengoreksinya, dan kadang-kadang memberondong saya dengan menanyakan beberapa kosa kata populer seperti: nggak, kerjaan, diterusin, kiri pir,…. Anda puas beri tahu kawan, Anda kecewa beri tahu kami…..itu apa artinya.
Membawa dan membaca koran merupakan salah satu kegiatan yang selalu kami lakukan dalam berwisata bahasa. Koran menjadi media pembelajaran yang cukup praktis. Saya menyuruh murid-mitrawisata membacanya. Mula-mula saya suruh mereka membaca judul-judul berita-tulisan yang bercetak besar.  Kemudian saya dengarkan mereka bergiliran membaca salah satu artikel atau berita ringan-singkat pilihannya atau cerita humor yang saya pilihkan. Saya beri kesempatan mereka menandai-mencatat kosa kata yang kurang dipahaminya. Saya jelaskan seperlunya, saya suruh mereka menggunakan kata-kata tersebut dalam  kalimat sederhana. Saya beri kesempatan pula beliau-beliau untuk menceritakan kembali isi bacaan secara ringkas. Diskusi pun berlangsung akrab bertolak dari berita surat kabar atau suatu pengalaman yang mereka  temukan selama berada di objek wisata. Pulangnya, sebagai PR (pekerjaan rumah) saya tugasi beliau-beliau itu membaca artikel-berita lainnya dan agar mencatat kosa kata yang dianggapnya sukar dipahami serta tak lupa menuliskan pengalamannya berwisata hari itu. Koran Pikiran Rakyat  (PR) Bandung akhirnya sering menyertai salah seorang murid saya. Tiap bepergian, Mr. T diam-diam menjadikan PR sebagai sahabat sekaligus teman-pengaman dalam perjalanan. Di angkot, di mobilnya, beliau rajin membaca Pikiran Rakyat. Seminggu tiga kali beliau membelinya, sehingga orang lain, penjual koran menganggapnya sebagai pelanggan setia Pikiran Rakyat. “PR-nya Tuan,..” kata si penjual koran, setiap Mr. T melewati kiosnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar