TAHAP –
TAHAP PERKEMBANGAN KELOMPOK
Kelompok
biasanya berkembang melalui sebuah urutan terstandar dalam evolusi mereka. Kita
menyebut model ini model lima tahap perkembangan kelompok. Meskipun riset
mengindikasikan bahwa tidak semua kelompok mengikuti pola ini, model tersebut
adalah sebuah kerangka kerja yang berguna untuk memahami perkembangan kelompok.
Dalam bagian ini, kita mendeskripsikan model umum yang terdiri atas lima tahap
tersebut dan sebuah model alternatid untuk kelompok – kelompok sementara dengan
tenggar waktu.
Seperti
diperlihatkan pada gambar model lima tahap perkembangan kelompok (five – stage
– group – development – model) menyebutkan karakteristik perkembangan kelompok
dalam lima tahap yang berbeda pembentukan, timbulnya konflik, normalisasi,
hasil berupa kinerja, dan pembubarannya?
Tahap
Pembentukan (forming)
Memiliki
karakteristik besarnya ketidakpastian atas tujuan, struktur, dan kepemimpinan
kelmpok tersebut. Para anggotanya “menguji kedalam air” untuk menentukan jenis
– jenis perilaku yang dapat diterima. Tahap ini selesai ketika para anggotanya
mulai menganggap diri mereka sebagai bagian dari kelompok.
Tahap
Timbulnya Konflik (Strorming)
Satu dari
konflik intrakelompok. Para anggotanya menerima keberadaan kelompok tersebut,
tetapi terdapat penolakan terhadap batasan – batasan yang diterapkan kelompok
tersebut terhadap setiap individu. Lebih jauh lagi, terdapat konflik atas siapa
yang akan mengendalikan kelompok tersebut. Ketika tahap ini selesai, terdapat
sebuah hierarki yang relatif kelas atas kepemimpinan dalam kelompok tersebut.
Tahap
Normalisasi
Tahap ketiga
ini adalah tahap di mana hubungan yang dekat terbentuk dan kelompok tersebut
menunjukkan kekohesifan. Dalam tahap ini terdapat sebuah rasa yang kuat akan
identitas kelompok dan persahabatan. Tahap normalisasi (norming stage) ini
selesai ketika struktur kelompok tersebut menjadi solid dan kelompok telah
mengasimilasi serangkaian ekspektasi definisi yang benar atas perilaku anggota.
Tahap
Performing (Berkinerja)
Pada titik ini
struktur telah sepenuhnya fungsional dan diterima. Energi kelompok telah berpindah dari saling mengenal dan
memahami menjadi mengerjakan tugas yang ada.
Tahap
Adjourning Stage (Pembubaran)
Untuk
kelompok – kelompok kerja yang permanen, berkinerja adalah tahap terakhir dalam
perkembangan mereka. Tetapi, untuk komisi, tim, angkatan tugas sementara, dan
kelompok - kelompok kerja yang mempunyai
tugas yang terbatas untuk dilakukan, terdapat tahap pembubaran. Dalam tahap
ini, kelompok tersebut mempersiapkan diri untuk pembubarannya. Kinerja tugas
yang tinggi tidak lagi menjadi prioritas tertinggi kelompok. Sebagai gantinya,
perhatian diarahkan untuk menyelesaikan aktivitas – aktivitas. Respons dari
anggota kelompok dalam tahap ini bervariasi. Beberapa merasa gembira, bersenang
– senang dalam persahabatan dan pertemanan yang didapatkan selama kehidupan
kelompok kerja tersebut.
Kebanyakan
orang yang menginterprestasikan model lima tahap tersebut berasumsi bahwa
sebuah kelompok menjadi semakin efektif seiring kelompok tersebut bergerak
melalui empat tahap. Meskipun asumsi ini mungkin secara benar, apa yang membuat
sebuah kelompok efektif adalah lebih kompleks dari yang dikenali oleh model
ini? Di bawah kondisi tertentu, konflik tingkat tinggi mungkin baik untuk kinerja
kelompok yang tinggi. Jadi kita dapat mengharap untuk menemukan situasi di mana
kelompok – kelompo itu dalam tahap II berpenampilan lebih baik dibandingkan
mereka yang berada pada Tahap III dan IV. Dengan cara serupa, kelompo –
kelompok tidak selalu beproses dengan jelas dari satu tahap ke tahap
selanjutnya. Kadang – kadang, pada kenyataannya, beberapa tahapan berjalan pada
waktu yang bersamaan, seperti kelompok yang mengalami konflik dan tampilan
waktu yang sama. Bahkan suatu kelompok terkadang mundur ke tahap sebelumnya.
Jadi, pendukung yang paling kuat dari model ini sekalipun tidak mengasumsikan
bahwa semua kelompok mengikuti proses lima tahap secara tepat atau bahwa tahap
IV selalu yang paling diinginkan.
Masalah
lainnya dari model lima tahap, terkait pemahaman perilaku yang berhubungan
dengan pekerjaan, adalah penelitian atas awak kokpit dalam sebuah pesawat
terbang menemukan bahwa, dalam 10 menit, tiga orang yang tidak saling mengenal
yang ditugaskan untuk terbang bersama untuk pertama kali menjadi sebuah
kelompok yang sangat cepat ini adalah konteks organisasional yang kuat yang
melingkupi tugas dari awak kokpit. Konteks ini memberikan atauran, definisi
tugas, informasi, dan sumber – sumber daya yang diperlukan bagi kelompok
tersebut untuk tampil. Mereka tidak butuh untuk mengembangkan sumber daya,
memecahkan konflik, dan menentukan norma – norma seperti yang diramalkan model
lima tahap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar